Saran dan Usul Dari Pemikiran Awam yang Fanatis dan Loyal
Dikirim oleh Sidharta Dicky Agustia Putra
Disaat euforia juara masih dirasakan di seantero Malang , lagi-lagi datang kabar dari Arema yang bikin kepala dan hati panas “Manajemen Arema (PT. AREMA INDONESIA) sedang krisis!”. Terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut, hal itu sudah menghentak Aremania yang sedang menikmati pesta. Kecewa, panas, tegang, marah dan bingung campur aduk menjadi satu.
Sebuah pertanyaan besar dalam benak kontan menyeruak “Apa yang sedang terjadi di tim pujaan kami?”, kontan muncul dua perkiraan dari pikiran awam kami, yaitu :
1. Arema benar-benar dalam krisis ; atau
2. Trik dari manajemen untuk berpura-pura krisis, pura-pura tidak punya dana untuk mendapat simpati dari berbagai pihak, terutama dari pemain agar mereka tidak jadi meminta kenaikan kontrak.
Tapi sinyalemen “krisis” tersebut sudah barang tentu menusuk hati kita, para Aremania. Apalagi disaat seperti ini, yang seharusnya manajemen semakin solid dan berpengalaman setelah 1 musim ditempa dalam kesulitan untuk menjaga eksistensi tim Arema, sekarang malah limbung dan saling lempar tanggung jawab.
Memang kita tidak tahu banyak benarnya ataukah sedikit salahnya kalau kita menuding manajemen dari Tim Arema yang berhenti berharap, kurang bertanggung jawab, kurang fight, mudah putus asa dan membuat jengkel adalah tersangka utama. Disaat ada sokongan dana, mereka siap, tapi disaat krisis mereka mundur dan dengan seenaknya bilang kalau mau melepas kepemilikan karena sudah tidak kuat.
Baca lebih lanjut